Resign Untuk Jadi Pengusaha, Yakin?
Resign Untuk Jadi Pengusaha dan merintis kantor pengacara, saya mulai pada tahun 2018. Enam tahun sudah saya berjalan tanpa gaji tetap, akhir-akahir ini beberapa teman saya dari lingkup kuliah maupun wartawan bertanya pada saya apa tipsnya untuk berani memulai kantor sendiri?
Disklaimer, saya menulis tulisan ini bukan karena sudah punya kantor hukum yang sukses. Alhamdulillah kantor hukum saya masih struggle. Disini, saya lebih ingin bercerita tentang bagaimana perjalanan saya untuk yakin memulai kantor dan meninggalkan gaji tetap yang tampaknya nyaman.
Harus saya katakan, resign itu butuh persiapan. Jangan seperti saya bergerak nekat tanpa perhitungan. Kalau sudah masuk lingkup usaha, setiap dari kita punya jalannya masing-masing yang nggak bisa dipersamakan. Namun yang perlu diperhatikan adalah waspada dengan jebakan-jebakan. Saya bocorkan sedikit kasus di #mejakerja saya ya…
Kasus Di #MejaKerjaJihan
Beberapa kasus di meja kerja saya, karyawan-karwayan di posisi yang oke seperti manager misalnya. Pada waktu mereka ingin kluar dari status pegawai dan ingin membuka bisnis sendiri, mereka memulai dengan investasi kepada teman untuk mengelola bisnis tanpa mereka harus bergerak sendiri.
Mungkin, sudah banyak literasi yang dibaca. Apalagi kalau posisi sudah di bagian managerial seolah tahu bagaiamana maintain perusahaan. Merasa percaya diri, karena seringnya diberi amanah oleh atasan dan selalu sanggup melaksanakan. Kemudian muncul pemikiran aku bisa melakukan di perusahaan yang didirikan.
Perasaan yakin karena merasa otak ini sudah teruji dan tervalidasi dengan adanya prestasi, juga pernah saya rasakan ketika baru akan memulai membangun kantor hukum sendiri. Namun, setelah berjalan, aya mulai paham banyak hal yang bisa saja terjadi tanpa bisa diprediksi. Entah baik ataupun buruk yang itu tidak bisa dilogika sama sekali.
Seolah Allah tuh mau bilang, kalau kamu beneran yakin bisa hidup dengan gaji tetap coba ini Allah uji. Kapan kamu sadar, gaji kamu itu bukan dari otakmu tapi dari Sang Penciptamu? Masih mau melogika kaya gimana coba?
Ya, itulah jebakan menjadi pengusaha. Setelah saya terjun, saya sepakat bahwa banyak yang direncanakan kadang tidak serta merta sesuai dengan angan. Perlu banget, kita memahami macam-macam jebakan pengusaha antara lain sebagai berikut:
1. Jebakan Resign Untuk Jadi Pengusaha
Jangan bayangkan, membangun kantor sendiri kemudian anda bisa lebih bebas mengatur waktu dan mengambil keuntungan seenaknya. Di awal, tentu tidak seperti itu. Selain kerja harus lebih kerjas, juga harus mikir biaya operational kantor setiap bulannya.
Jadi, kalau kamu resighn karena melihat kayaknya lebih enak jadi pengusaha dengan segala hal yang hanya terlihat di sosial media, percayalah nggak seindah itu. Kalau ingin jadi pengusaha, harus siapkan ilmu dulu. Jangan sampai terjebak dengan hal-hal di bawah ini:
2. Mindset Yang Salah
Resign Untuk Jadi Pengusaha itu, harus ditata dulu mindsetnya. Karena, saat jadi karyawan meskipun posisi managerial, mikirnya nggak keseluruhan. Gaji juga masih tanggungan perusahaan. Jadi pengusaha itu beda. Mindsetnya jangan untung dulu tapi harus berani rugi dan memberi.
Boleh saja, kalau mau mengawali bisnis langsung modal besar. Tapi kalau boleh saran, produknya oke enggak, tes dulu marketnya siap enggak, dan jangan lupa chanel jualannya juga harus pas. Tiga item ini penting banget di awal sampai anda bisa dapetin omset dan menghasilkan provit dan terus kembangin provitnya jadi aset untuk diputer jadi omset lagi. Terus begitu, sampai paham tentang cash flow bisnis yang sehat.
Kalau masih bingung dengan istilah-istilah yang saya sebutkan di atas, cari ilmunya dulu agar siap mental di awal. Jangan mikir macem-macem dulu, sampai mindsetnya kebentuk oemsetnya naik terus.
3. Jangan Salah Serap Ilmu
Sekarang memang banyak ilmu bisnis berhamburan di internet. Seminar-seminar diadakan untuk menawarkan kesuksesan. Pertanyaannya, ilmu itu anda kejar karena memang dibutuhkan, penasaran, atau untuk meminimalisir rasa takut akan kegagalan. Ini perlu jadi renungan.
Kalau boleh saran, cari ilmu karena benar-benar butuh. Masalahnya kan nggak tahu di awal kebutuhannya apa. Fokus dulu saja sama yang udah saya jelasin di poin sebelumnya. Gimana bikin produk yang oke, gimana ngedata market yang siap, dan bagaimana jualan yang pas. Udah muter-muter di tiga poin itu dulu, sampai memang butuh ilmu yang lain kalau sudah siap scale up.
Tips untuk memetakan ilmu apa yang dibutuhkan, diperlukan 3 kesadaran dalam mendapatkan ilmu. Pertama, keasadaran akan posisi saat ini. Kedua, kesadaran akan tujuan hidup. Ketiga, kesadaran dalam menelaah hambatan di posisi sekarang dalam mencapai tujuan. Dengan begitu, ilmu bisa jadi solusi. Selamat belajar.
4. Hati-hati Bisnis Karena Nafsu
Jebakan selanjutnyanya adalah, bisnis karena nafsu. Nafsu, segara ingin jadi orang yang sukses. Nafsu, segera ingin bisa jalan-jalan punya waktu longgar. Cita-cita boleh, tapi nafsu yang jadikan kita tidak jernih dalam mengambil keputusan.
Sedangkan bisnis itu, tentang proses pengambilan keputusan. Proses anda mengerjakan dan menikmati pekerjaan itu. Indikatornya bukan hasil. Tapi proses. Sudahkah maksimal prosesnya? Kalau belum, masih yakin buat menuntut hasil optimal?
5. Proses Yakin Resign Untuk Jadi Pengusaha
Proses bisnis itu sendiri, bagi saya merupakan proses yakin bahwa setiap masalah selalu ada solusi dan pertolongan dari Allah SWT. Kegagalan-kegagalan kecil yang saya alami dari awal mulai sampai sekarang 6 tahun sudah berjalan, setiap kali saya mampu melaluinya disitulah ditambah keyakinan saya bahwa memang ini jalan yang saya pilih dan disetujui oleh Sang Pencipta.
Menurut saya, ada 3 hal lagi yang perlu diperhatikan untuk tetap bisa stabil dan netral melewati segala kondisi dan ujian. Antara lain yaitu:
Sampai pada waktunya kita bisa menyikapi setiap problem dalam kondisi yang netral sehingga lebih mudah dalam menntukan solusi dari masalah-masalah yang dialami. Jangan mimpi bebas dari masalah saat mengambil keputusan untuk berbisnis. Masalah itu akan selalu ada dan biasanya, di fase ini teman-teman pengusaha itu sudah mulai sadar akan 3 hal berikut:
- Pentingnya hidup sederhana -
Ketika sudah memilih menjadi pengsauaha, maka kita harus siap mendedikasikan hidup kita untuk memberi. Memberi kebaikan dari apa yang kita punya untuk keberlangsungan kehidupan sekitar. Memberi pelayanan terbaik untuk custumer, memberi kenyamanan untuk pekerja, dan menjadi berdampak untuk orang sekitar.
Kunci agar bisnis terus berjalan ya disitu, dan untuk mencapainya ya kita harus berani hidup sederhana. Secukupnya saja. Karena kita nggak tahu, dalam dunia bisnis setiap momentum itu tidak akan abadi. Dengan hidup sederhana, maka kita bisa save dan dari save itulah kita bisa memanfaatkan setiap momentum yang ada dengan baik.
- Ilmu Menemukan Cetak Biru -
Bisnis itu sebenarnya, nggak ada patokan ilmunya. Tapi kita bisa jadikan, orang yang berjalan lebih dulu sebagai refrensi untuk menemukan puzzle kita sendiri. Sudah bukan zamannya lagi untuk amati, tiru dan modifikasi. Tapi yang oroginal, itulah yang bisa bertahan dan mahal.
Perlu banyak belajar untuk menemukan karya orizinal dari brand kita sendiri. Jadi jangan putus asa kalau udah belajar bisnis tapi kok bisnisnya gitu-gitu aja. Makannya yang perlu dipertanyakan, cari ilmu untuk apa?
Jangan cuma jadi ahli seminar, tanpa dipraktikkan. Karena kita tidak akan pernah tahu mana formula yang pas untuk kita sebelum kita mempraktikannya. Iya, praktik butuh dana dan keberanian. Tapi kalau nggak gitu, sampai kapan mau jadi ahli seminar?
- Sabar dan doa harus jadi perisai utama -
Nggak hanya usaha. Doa menjadi perisai utama diantara ketidak pastina. Saya sudah berulangkali merasakan. Bagaimana di setiap keadaan bisa tertolong berkat bantuan Sang Maha Kuasa.
Sampai Sini, Yakin Resign Untuk Jadi Pengusaha Sekarang?
Mulai bisnis bukan dengan bertanya ke saya dengan menanyakan bagaimana membuat PT atau CV. Just pikirkan anda punya produk apa, kepada siapa anda ingin tawarkan, dan bagaimana cara menawarkan. Lakukan terus sampai anda tak butuh bisnis untuk menghidupi diri anda sendiri. Tapi memang bisnis inilah yang bikin hidup anda bermakna untuk memberi manfaat pada banyak orang.
Ketika anda sudah melepas ego dan menata niat membuat bisnis untuk menghidupi banyak orang, baru datang ke saya untuk menanyakan baiknya bikin PT atau CV. Jawabannya sudah saya tulis di artikel yang bisa dibaca dengan klik disini.